Semantic web atau web
semantik merupakan salah satu perkembangan pada aplikasi web. Menurut bahasa,
web semantik mempunyai arti web yang memiliki makna. Dengan kata lain, web
semantik merupakan suatu aplikasi web yang mempunyai knowledge base tertentu
sehingga bisa dikatakan web semantik mempunyai sifat lebih pintar dari web
sebelumnya. Salah satu contoh dari web semantik adalah web tersebut bisa
merekomendasikan sesuatu kepada user sesuai dengan interest usernya
masing-masing. Dengan demikian, bisa jadi ketika beberapa orang mengakses satu
alamat web yang sama, konten atau isi dari halaman web tersebut tidak akan
sama. Salah satu contoh dari web semantik adalah igoogle. Ketika pertama kali
membuka igoogle, kita akan diminta untuk mengisi lokasi tempat kita berada,
setelah itu baru kita menuju ke halaman beranda igoogle. Dengan demikian, bisa
jadi isi dari halaman beranda igoogle akan berbeda-beda sesuai dengan lokasi
yang diisikan sebelumnya, baik itu dari isi berita, suhu udara, dan yang
lainnya.
Web semantic
atau semantik web dicetuskan pertama kali oleh Tim Berners-Lee pada tahun
2001. Web semantik sering disebut sebagai web versi 3.0. Dalam pembuatan
aplikasi web semantik tidak semudah membuat aplikasi web biasa. Untuk membuat
web semantik terdapat beberapa teknologi yang perlu dipelajari, diantaranya
adalah RDF, ontologi, query RDF, RDF Store, dan masih banyak lagi.
PEMANFAATAN
DARI WEB SEMANTIK.
Web semantik
berguna untuk lebih memahami bahasa manusia, bukan hanya bahasa yang baku dari
para penggunanya tetapi juga bahasa yang lebih kompleks, seperti dalam bahasa
percakapan sehingga memudahkan penggunanya untuk berkomunikasi dengan mesin.
Secara teknologi, Website
sampai saat ini memasuki generasi ke 3 yaitu Web 3.0 atau disebut semantic
web yang meskipun masih dalam perdebatan para analis dan peneliti untuk
standarisasi.
Adapun generasi website yang
sudah ada dan masih berjalan yaitu Web 1.0 dan Web 2.0. Secara ringkas mengenai
Web tersebut adalah sebagai berikut :
Web 1.0
Web 1.0 merupakan teknologi Web generasi pertama yang
merupakan revolusi baru di dunia Internet karena telah mengubah cara kerja
dunia industri dan media. Pada dasarnya, Website yang dibangun pada
generasi pertama ini secara umum dikembangkan untuk pengaksesan informasi dan memiliki
sifat yang sedikit interaktif namun cenderung pasif. Berbagai Website seperti
situs berita “cnn.com” atau situs belanja “Bhinneka.com” dapat dikategorikan ke
dalam jenis ini.
Web 2.0
Istilah Web 2.0 pertama kalinya diperkenalkan oleh
O’Reilly Media pada tahun 2004 sebagai teknologi Web generasi kedua yang
mengedepankan kolaborasi dan sharing informasi secara online.
Menurut Tim O’Reilly, Web 2.0 dapat didefinisikan
sebagai berikut:
“Web 2.0 adalah revolusi bisnis di industri komputer
yang disebabkan oleh penggunaan internet sebagai platform, dan merupakan suatu
percobaan untuk memahami berbagai aturan untuk mencapai keberhasilan pada
platform baru tersebut. Salah satu aturan terutama adalah: Membangun aplikasi
yang
mengeksploitasi efek jaringan untuk mendapatkan
lebih banyak lagi pengguna aplikasi tersebut”
Berbagai layanan berbasis web
seperti jejaring sosial, wiki dan folksonomies (misalnya:
“flickr.com”, “del.icio.us”) merupakan teknologi Web 2.0 yang menambah
interaktifitas di antara para pengguna Web.
Pada umumnya, Website yang
dibangun dengan menggunakan teknologi Web 2.0 memiliki fitur-fitur sebagai
berikut:
- CSS (Cascading Style Sheets)
- Aplikasi Rich Internet atau berbasis Ajax
- Markup XHTML
- Sindikasi dan agregasi data menggunakan RSS/Atom
- URL yang valid
- Folksonomies
- Aplikasi wiki pada sebagian atau seluruh Website
- XML Web-Service API
Web 3.0 / Semantic Web
Web 3.0 berpotensi menjadi generasi
teknologi di dunia Internet. Saat ini, definisi untuk Web 3.0 sangat beragam
mulai dari pengaksesan broadband secara mobile sampai kepada
layanan Web berisikan perangkat lunak bersifat on-demand. Namun, menurut
John Markoff, Web 3.0 adalah sekumpulan teknologi yang menawarkan cara baru
yang efisien dalam membantu komputer mengorganisasi dan menarik kesimpulan dari
data online. Content web ditampilkan tidak hanya dalam format bahasa manusia yang umum (natural
language), tetapi juga dalam format yang dapat dibaca dan digunakan oleh
mesin (baca: software).
Melalui Semantic Web inilah,
berbagai perangkat lunak akan mampu mencari, membagi, dan mengintegrasikan
informasi dengan cara yang lebih mudah. Dengan demikian, unsur kecerdasan
buatan (Artificial Intelligence / AI) merupakan bagian penting pada Web 3.0 / Semantic
Web, sehingga Web menjadi semakin cerdas.
Web 3.0
adalah generasi ketiga dari layanan internet berbasis web. Konsep Web 3.0
pertama kali diperkenalkan pada tahun 2001, saat Tim Berners-Lee, penemu World
Wide Web, menulis sebuah artikel ilmiah yang menggambarkan Web 3.0 sebagai
sebuah sarana bagi mesin untuk membaca halaman-halaman Web. Hal ini berarti
bahwa mesin akan memiliki kemampuan membaca Web sama seperti yang manusia dapat
lakukan sekarang ini.
Web 3.0
terdiri dari:
- Web semantik
- Format mikro
- Pencarian dalam bahasa pengguna
- Penyimpanan data dalam jumlah besar
- Pembelajaran lewat mesin
- Agen rekomendasi, yang merujuk pada kecerdasan buatan Web
Kita bisa
meminta Web untuk mencari suatu data spesifik tanpa bersusah-susah mencari satu
per satu dalam situs-situs Web. Web 3.0 juga mampu menyediakan
keterangan-keterangan yang relevan tentang informasi yang ingin kita cari,
bahkan tanpa kita minta. Web 3.0 berhubungan dengan konsep Web Semantik
merupakan pengembangan dari website dimana content web di tampilkan tidak hanya
dalam format bahasa manusia yang umum (natural language), tetapi juga dalam
format yang dapat dibaca dan digunakan oleh mesin atau software. Beberapa ahli
bahkan menamai Web 3.0 sebagai Web Semantik itu sendiri. Misalnya saat
menginginkan sebuah buku, kita dapat menelusurinya pada search engine atau
website tertentu hingga akhirnya mendapatkan buku tersebut. Misalkan terdapat
pilihan dari berbagai kategori untuk mendapatkan buku yang dimaksud, mesin
sendiri tidak dapat memutuskan dan melakukannya tanpa arahan dari manusia
karena informasi tersebut diperuntukkan agar dimengerti hanya oleh manusia
dengan menggunakan natural language. Kondisi inilah yang ingin diubah oleh sematic
web. Sematic web akan memiliki informasi yang dimengerti oleh mesin, yang
memiliki kecerdasan buatan hingga mampu menemukan dan mengintegrasikan
informasi dengan mudah. Dengan demikian fungsi web menjadi wadah universal bagi
pertukaran data, informasi, dan pengetahuan, yang dapat menghasilkan kecerdasan
buatan yang dapat mengerti keinginan anda, dengan web 3.0 kita juga diberikan
keleluasan untuk dapat melakukan modifikasi pada website itu sendiri. oleh
karena itu dapat disimpulkan bahwa web 3.0 tidak hanya memberikan keleluasaan
bagi kita untuk sharing atau memberi komen pada web, namun dengna tambhan
bahasa mesin yang terintegrasi pada web dapat memungkinkan bagi mesin untuk
memenuhi keinginan user, malah user juga diberi keleluasaan untuk memodifikasi
website.
Web 3.0
menawarkan metode yang efisien dalam membantu komputer mengorganisasi dan
menarik kesimpulan dari data online. Web 3.0 juga memungkinkan fitur Web
menjadi sebuah sarana penyimpanan data dengan kapasitas yang luar biasa besar.
Walaupun masih
belum sepenuhnya direalisasikan, Web 3.0 telah memiliki beberapa standar
operasional untuk bisa menjalankan fungsinya dalam menampung metadata, misalnya
Resource Description Framework (RDF) dan the Web Ontology Language (OWL).
Konsep Web Semantik metadata juga telah dijalankan pada Yahoo’s Food Site,
Spivack’s Radar Networks, dan sebuah development platform, Jena, di
Hewlett-Packard.
Permasalahan
yang potensial muncul adalah, sebagai teknologi masa depan, Web 3.0 juga
membutuhkan kecepatan akses Internet yang memadahi dan spesifikasi komputer
yang tidak enteng, hal ini disebabkan tak lain karena teknologi ini secara
visual berbasis 3D. Sedangkan seperti yang kita tahu biaya akses Internet
dengan kecepatan tinggi di Indonesia ini masih terbilang mahal bagi masyarakat
umum. Belum lagi jika dihitung dari biaya spesifikasi perangkat komputer yang
dibutuhkan, mungkin masyarakat Indonesia yang ingin menikmati kecanggihan
layanan berbasis teknologi Web 3.0 masih harus menarik nafas penjang. Namun
karena Web 3.0 sendiri masih dalam pengembangan, seiring dengan berlalunya
waktu sebagai masyarakat Indonesia kita masih bisa mengharapkan bahwa biaya
komunikasi, dalam hal ini koneksi Internet kecepatan tinggi akan semakin murah
nantinya, sehingga terjangkau bagi masyarakat luas.
Saat ini
adaptasi Web 3.0 mulai dikembangkan oleh beberapa perusahaan di dunia seperti
secondlife, Google Co-Ops, bahkan di Indonesia sendiri juga sudah ada yang
mulai mengembangkannya, yaitu Li’L Online (LILO) Community.
Pembuatan Semantic Web dimungkinkan
dengan adanya sekumpulan standar yang dikoordinasi oleh World Wide Web
Consortium (W3C). Standar yang paling penting dalam membangun Semantic
Web adalah XML, XML Schema, RDF, OWL, dan SPARQL. Berikut ini adalah layer dari Semantic
Web sebagaimana direkomendasikan oleh W3C